Berada di tengah-tengah musik, aku tak lagi merasa
sendiri. Semuanya begitu hidup. Aku tergelak senang saat kamu menggamit
lenganku untuk ikut berdansa dengan kerumunan. Tawamu menyenangkan; merdu
seperti irama yang kini mengelilingiku.
Sepasang kekasih berbaju sama-sama merah melambaikan
tangan mereka kepada kita. Sang perempuan mengajak kita untuk mendekat,
sementara sang pria mengacungkan mikrofon di tangannya.
“Kamu mau nyanyi nih? Beneran? Serius?” aku menatap tidak
percaya ketika kamu menyambar mikrofon tersebut dan naik ke atas panggung.
“Malam ini biar semua yang nggak mungkin jadi mungkin,”
katamu, dan kamu mulai bernyanyi, lagu yang belum kukenal sebelumnya, namun
langsung bisa membuatku jatuh cinta. Berulang kali. Dan terus begitu meski
lagunya sudah usai.
Kamu turun dari panggung sambil mengelap keringat,
disambut dengan riuhnya tepuk tangan orang di sekeliling kita. “Bagus,” ujarku.
Kamu membuka sebotol air mineral untuk diteguk, tapi aku menepisnya dan
langsung menciummu.
Botol minumanmu sampai jatuh. Aku tersenyum melihat
keterkejutanmu setelahnya.
“Malam ini, yang nggak mungkin jadi mungkin, kan?”
kataku.
Dan
kita tahu, malam ini masih jauh dari kata usai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar