Kamis, 12 September 2013

Ipanema



Berada di tengah-tengah musik, aku tak lagi merasa sendiri. Semuanya begitu hidup. Aku tergelak senang saat kamu menggamit lenganku untuk ikut berdansa dengan kerumunan. Tawamu menyenangkan; merdu seperti irama yang kini mengelilingiku.

Sepasang kekasih berbaju sama-sama merah melambaikan tangan mereka kepada kita. Sang perempuan mengajak kita untuk mendekat, sementara sang pria mengacungkan mikrofon di tangannya.

“Kamu mau nyanyi nih? Beneran? Serius?” aku menatap tidak percaya ketika kamu menyambar mikrofon tersebut dan naik ke atas panggung.

“Malam ini biar semua yang nggak mungkin jadi mungkin,” katamu, dan kamu mulai bernyanyi, lagu yang belum kukenal sebelumnya, namun langsung bisa membuatku jatuh cinta. Berulang kali. Dan terus begitu meski lagunya sudah usai.

Kamu turun dari panggung sambil mengelap keringat, disambut dengan riuhnya tepuk tangan orang di sekeliling kita. “Bagus,” ujarku. Kamu membuka sebotol air mineral untuk diteguk, tapi aku menepisnya dan langsung menciummu.

Botol minumanmu sampai jatuh. Aku tersenyum melihat keterkejutanmu setelahnya.

“Malam ini, yang nggak mungkin jadi mungkin, kan?” kataku.



Dan kita tahu, malam ini masih jauh dari kata usai.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar