Kamis, 17 Januari 2013

3 Film Penghangat Dinginnya Musim Hujan


Kamu nggak akan menemukan film-film romantis atau komedi romantis standar di daftar ini. Bukannya saya nggak suka, tapi saya sekarang lebih memilih beberapa film yang saya anggap ceritanya yang sederhana namun berbeda dari biasanya, dan tidak melulu menampilkan soal cinta yang berlebihan dan klise. Itu akan saya muat di entri lain, kayaknya. Untuk sekarang saya akan coba ngomongin film-film yang lebih jarang dibahas.

Judul-judul film berikut ini sanggup meninggalkan kesan mendalam di hati dan senyum berkepanjangan di wajah saya seusai menontonnya. Tambah dengan minuman hangat dan cemilan favorit, maka kamu telah mendapatkan teman yang paling tepat di kala derasnya hujan di luar jendela kamar.

  1. Dan in The Real Life (2006)
    Peter Hedges

Dan (Steve Carell) adalah duda dengan tiga anak gadis yang beranjak dewasa. Profesinya sebagai penulis kolom konsultasi hubungan keluarga nampaknya tidak membantunya dalam menjalani kehidupannya sendiri, karena sang ayah dan anak-anaknya ini sulit untuk bisa saling memahami. Ketika keluarga ini pergi mengunjungi orang tua dan saudara-saudara Dan, Dan bertemu Marie (Juliette Binoche) di sebuah toko buku dan langsung merasa adanya chemistry yang lekat di antara mereka. Dan, yang kentara tengah kesengsem, kemudian pulang dan menceritakan pertemuan itu kepada keluarganya, hanya untuk menyadari bahwa Marie adalah pacar baru Mitch (Dane Cook), adiknya. Ngik ngok.

Textbook definition of awkward.
Dan dan Marie memang sepakat untuk merahasiakan apa yang terjadi di antara mereka sebelumnya, tapi ternyata itu nggak semudah yang disangka. Banyak banget kejadian menggelitik yang ditimbulkan oleh usaha menutupi ketertarikan di antara keduanya, baik dari satu sama lain maupun dari mata keluarga Dan.

Memorable Scenes:
Adegan senam pagi dan sarapan pancake bikin saya ngakak.


2.      Lars and the Real Girl (2007)
         Craig Gillespie


Ryan Gosling berperan jadi Lars, seorang pemuda relijius, pemalu, dengan sifat penolong dan tutur kata yang lemah lembut. Dari awal memang terkesan ada sesuatu yang aneh dari dirinya, antara lain tergambar dari penolakan terus menerusnya atas ajakan kakak iparnya, Karin (Emily Mortimer), untuk makan bersama. Gus (Paul Schneider), kakak Lars yang juga suami Karin, meyakinkan istrinya bahwa Lars baik-baik saja. Sampai suatu hari, Lars  memperkenalkan kekasihnya, Bianca. Gus dan Karin mungkin akan lega, kalau saja si Bianca ini bukanlah sebuah sex doll yang tubuh, wajah, sampai detail anatominya sama persis dengan manusia.
Setidaknya bukan boneka Chucky...
 Di balik tema yang terkesan nyeleneh ini, Lars and the Real Girl sebenarnya sebuah film sederhana namun amat menyentuh. Lars benar-benar memperlakukan Bianca layaknya manusia; dia berbicara padanya seolah ia bisa menyahut, bahkan membelikannya kursi roda agar Bianca (yang ceritanya “lumpuh”) bisa Lars bawa kemana-mana dan kenalkan dengan para penduduk kota tempatnya tinggal. Kita bisa lihat bagaimana kebaikan hati Lars telah menjangkau masyarakat sekitarnya ketika mereka semua bekerja sama untuk menerima Bianca, dan sekaligus Lars, apa adanya. Sementara itu, Lars yang tadinya takut intimasi dan sangat menutup diri dari orang lain perlahan makin terbuka dan menikmati keberadannya.

Memorable Scenes:
Rangkaian adegan yang menggambarkan penerimaan orang-orang sekitar Lars terhadap sosok Bianca cukup membuat trenyuh. Pun ketika Lars berinteraksi dengan Bianca dengan caranya sendiri, seperti membacakan cerita untuknya, atau berdansa dengannya. Khususnya, ketika Lars dan Bianca sedang berdua di tepi danau, memandang air dalam diam, sampai akhirnya Lars mencium Bianca untuk pertama kalinya...
  
3.      Spirited Away (2001)
         Hayao Miyazaki


    Chihiro, gadis kecil berumur 10 tahun yang bertemperamen tinggi, harus pindah bersama keluarganya ke tempat baru dan meninggalkan teman-temannya. Ia kemudian tersesat di dunia roh setelah ayah dan ibunya secara tidak sengaja menghabiskan makanan persembahan untuk dewa dan berubah menjadi dua ekor babi. Sadar dia tidak bisa pulang ke dimensi manusia begitu saja, Chihiro tinggal dan bekerja di tempat pemandian para roh berkat petunjuk seorang anak laki-laki misterius bernama Haku, sembari mencari cara untuk mengembalikan kedua orang tuanya ke bentuk semula.

Yap, kita juga akan bereaksi kurang lebih sama.
Sepintas film ini terdengar serupa seperti cerita petualangan komik anak-anak biasa, apalagi ini film kartun. Tapi untuk yang pada belum nonton, saya sarankan untuk nonton sekarang juga dan buktikan bahwa itu salah. Nggak ada yang nggak bisa disukai dari film ini (ngomong-ngomong, penggunaan double negative tadi pasti akan bikin dosen saya mengerenyit), karena semua elemennya berpadu dengan amat apik. Pada awalnya, ceritanya mungkin terasa aneh. Namun lambat laun, rasa kagum dan haru-lah yang akan tinggal. Pendirian Chihiro yang keras ternyata banyak membantunya untuk bertahan di dunia roh dengan penghuninya yang serba ganjil dan seram (serius, jago kalau kamu nggak merinding melihat tampang-tampangnya).

Memorable Scenes:
Kasih sayang yang terjalin antara Haku dan Chihiro bener-bener bikin hati saya adem. Tulus banget. Apalagi adegan dekat akhir film, ketika Haku menyadari masa lalunya ada kaitannya dengan Chihiro, paling nggak bisa lah membuat air mata menggenang. Mau lebih hangat lagi? Tonton sampai ending credits selesai dan resapi ­soundtrack-nya.



Ketiga film di atas, menurut saya, menggambarkan kasih yang sederhana. Meskipun mungkin bukan itu tema utama mereka, namun saat usai diputar kamu akan menyadari bahwa kasih sayang itu bisa terjalin di mana saja, antara siapa saja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar